TIGA KATA
(Disarikan dari hadits tsulatsa hal 217-224)
Ceramah Hasan Al Banna pada kesempatan kali ini bertepatan setelah bulan romadlon, menurut beliau Romadlon adalah merupakan training akhir tahun.
Kita simak H.R. Bukhori dan Muslim berikut :
Dalam riwayat Abu huroiroh r.a dari rosululloh saw, sabdanya :
“Barangsiapa melaksanakan puasa Romadlon karena Iman dan Ikhlash, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan qiyamu Romadlon karena iman dan akhlash karena Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dalam kesempatan kajian ini, ustadz menyampaikan tiga kata, yaitu :
1. Wasiat (pesan)
2. Bayan (penjelasan)
3. Ijabah (pemenuhan)
Untuk kata yang pertama yaitu wasiat, hendaklah kita ingat sabda Rosulullah :
“Bila Romadlon menjelang, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, dan seorang malaikat dari sisi Allah Yang Maha Benar berseru, “ Wahai yang meninginkan kejahatan, berhentilah! Whai yang menginginkan kebaikan, kemarilah!.”
Romadlon adalah stasiun peristirahatan spiritual dan satu fase dari perjalanan yang melelahkan. Romadlon adalah peristirahatan, perteduhan, ketentraman, rezeki, kebun dan taman. Disitu orang mukmin beristirahat dan melepaskan sebagian dari kepenatan jiwa.
Romadlon adalah saatnya untuk memurnikan taubat kita kepada Allah dan saat yang tepat untu mohon ampun atas segala dosa yang kita perbuat, dalam Q.S At-Tahrim :8 ,
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kalian menutupi kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian kedalam surga yang mengalir da bawahnya sungai-sungai”
Romadlon adalah merupakan saat yang tepat untuk bersuci, membasuh hati, dan membekali ruhani. Dengan hari-hari yang sedikit perbanyakalah dzikir, tingkatkan kekhusyu’an, perbanyak doa kepada Allah dan saatnya muhasabah terhadap diri sendiri.
Perhatikan sabda Nabi saw :
“Tidak ada satu haripun yang merekah fajarnya, kecuali berseru, Aku adalah makhluk baru dan menjadi saksi perbuatanmu. Maka ambilah bekal dariku, karena aku tidak akan kembali samapai hari kiamat.”
Untuk kata yang kedua yaitu bayan, Islam adalah agama yang syamil dan mutakamilah, namun demikian masih banyak manusia yang ragu akan Islam. Pada suatu dialog ustadz dengan para dosen, ustadz melihat bahwa modernisasi tidak mampu mencerna kata agama, politik dan social. Kebanyakan manusia masih menganggap bahwa agama adalah yang berkaitan dengan sholat, dzikir dan ibadah-ibadah khusus lainnya, sedangkan politik dan social adalah pada bagian lain. Hal ini adalah merupakan kesalahan besar, kita lihat begitu lengkapnya Al-Qur’an memuat semua aspek kehidupan baik politik maupun social. Kita lihat dalam ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini:
Q.S Al-Baqoroh : 275 “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Q.S Al-Baqoroh : 282 “Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.”
Q.S An-Nisa’ : 58 “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kalian menetapkan hokum di antara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil.”
Dan masih banyak lagi di dalam Al Qur’an yang mengatur semua aspek kehidupan, sampai hal-hal yang dianggap kecilpun diatur, misalnya dalam Q.S An-Nur : 27-28 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin, dst.”
Untuk kata yang ketiga yaitu Ijabah. Ada orang yang mengkritik kita dengan mengatakan “Kami menasehati ikhwan agar menghindari kemewahan, seperti mengendarai mobil maupun bentuk kemewahan lain yang menjauhkan mereka dari agama karena sibuk dengan dunia dan ruh kehidupan karena sibuk dengan politik.”
Kritik adalah bagian dari perjalanan dakwah kita, jika jiwa kritis ini hilang dari diri kita maka akan hancurlah dakwah ini. Kita adalah umat terbaik seperti dalam
Q.S Ali-Imron : 110, umat terbaik adalah yang amar makruf nahi munkar bukan yang diam melihat kemungkaran. Seperti sadda Nabi saw. “Jika kalian melihat umatku takut kepada orang dzolim sehingga tidak berani mengatakan dzolim! Maka ucapan selamat tinggal pantas diterimanya.”
Kita mempunyai kewajiban mengkritik tetapi kita juga harus siap dikritik dan menerima dengan lapang dada sebagai bahan introspeksi diri, seperti dalam
Q.S Al-A’raf : 199. “ Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Allahu’alam bish-showab
Banyuanyar, 17 Agt 08, jam 00.30
hermin